A) Pengantar Singkat
Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Makassar dalam beberapa sumber sejarah yang ada, merupakan institusi pendidikan di bidang pelayaran atau maritim yang tertua di Makassar, Sulawesi Selatan, dan juga di kawasan timur Indonesia kini. Sebagai bagian dari penulisan sejarah maritim di Indonesia, maka adanya penjelasan terhadap sejarah dan perkembangan Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Makassar ini juga telah melengkapi ketiadaan bahan penulisan sejarah maritim berlatar belakang institusi pendidikan di Indonesia dewasa ini.
Sebagaimana yang telah diketahui, Kepulauan Indonesia yang secara geografis dikelilingi oleh kawasan perairan di segala penjurunya membuat aktivitas kemaritiman seperti pelayaran laut antar pulau, memainkan peranan penting dalam membangun suatu sistem hubungan dunia yang terjalin antar satu wilayah dengan wilayah yang lainnya. Sejak beroperasinya kapal uap dan dibentuknya perusahaan pelayaran Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM) pada 4 September 1888 di Amsterdam (Belanda),[1] maka terjadilah perubahan serta kemajuan besar dalam pelayaran antar pulau di Indonesia pada masa Hindia Belanda, terutama di kawasan kepulauan bagian timur, seperti Sulawesi, Nusa Tenggara dan Maluku. Sebagai bagian dari jaringan pelayaran di Hindia Belanda sejak abad ke-19, maka posisi Makassar secara geografis telah memainkan peranan penting menjadi salah satu rute pelayaran utama, selain Singapura, Batavia (Jakarta), Pontianak, Surabaya, Kupang, Manado, dan Maluku (Ambon). Aktivitas kemaritiman ini sudah menjadi rutinitas di Makassar saat itu sebagai salah satu pelabuhan penting di kawasan timur Indonesia pada masa kolonial Hindia Belanda. I Gde Parimartha, Perdagangan dan Politik di Nusa Tenggara 1815-1915, (Jakarta: Penerbit Djambatan, 2002), hlm. 386. Tulisan lainnya yang juga membahas mengenai Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM), terutama di wilayah Sulawesi Selatan (Makassar) dapat dilihat dalam; Edward L. Poelinggomang, Makassar Abad XIX: Studi tentang Kebijakan Perdagangan Maritim, (Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2016).
Kehadiran kapal uap dan perusahaan pelayaran KPM ini telah mengubah aktivitas perdagangan dan pelayaran saat itu. Pelayaran KPM yang tidak memandang musim, di satu sisi telah mengakibatkan terjadinya kemunduran terhadap pelayaran perahu-perahu tradisional masyarakat pribumi (seperti padewakang, palari, dan lain-lain). Sedangkan di sisi lain, hal tersebut juga telah memperkenalkan suatu penggunaan teknologi pelayaran dan perkapalan yang lebih modern di Hindia Belanda (Indonesia) pada masa tersebut. Namun, yang menggerakkan pelayaran-pelayaran tersebut adalah orang-orang Eropa, terutama Belanda dan Britania/Inggris. Sejak permulaan abad ke-20, telah diupayakan adanya suatu sekolah atau institusi pendidikan yang bergerak dalam bidang pelayaran, yang akan melatih orang-orang pribumi di Hindia Belanda dalam hal penerapan ilmu serta teknologi pelayaran dan perkapalan. Sekolah tersebut diharapkan menjadi suatu tempat khusus guna melatih para calon mualim/ navigator (perwira kapal), terutama dari kalangan pribumi di kapal-kapal milik Pemerintah Hindia Belanda. Sebagai bagian dari penulisan sejarah maritim di Indonesia pada periode Hindia Belanda di permulaan abad ke-20 hingga pasca-kemerdekaan, maka penulisan sejarah Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Makassar ini menjadi suatu perspektif baru dalam melihat sejarah maritim, di samping juga telah mengangkat kembali salah satu bagian yang terlupakan dari sejarah maritim di Indonesia, khususnya di Makassar saat ini. Selain itu, penulisan sejarah ini diharapkan dapat melihat eksistensi Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Makassar sebagai sebuah institusi pendidikan pelayaran yang telah berdiri sejak masa Hindia Belanda (1915-1916) dan terus ada dalam mengembangkan ilmu pelayaran di Indonesia hingga sekarang.
B) Kweekschool voor de Zeevaart (Sekolah Kejuruan Pelayaran): Perintis Institusi Pendidikan Pelayaran Dunia Perkembangan sekolah-sekolah maupun akademi pelayaran/maritim di dunia dewasa ini tidak dapat dipisahkan dari sejarah keberadaan Kweekschool voor de Zeevaart (Sekolah Kejuruan Pelayaran) sebagai satu akademi maritim yang berlokasi di Prins Hendrikkade (dahulu Ijgracht), Amsterdam, Belanda, dan telah berdiri sejak 1785. Sewaktu didirikan, sekolah tersebut merupakan institusi pendidikan pertama di Eropa yang mengajarkan hal-hal yang terkait langsung dengan kemaritiman (terutama mengenai pelayaran di laut). Model pendidikan di sekolah ini ialah sekolah asrama, dimana para pelajar bersekolah dan tinggal dalam asrama yang telah disediakan oleh pihak sekolah. Pendiriannya merupakan inisiatif dari Angkatan Laut dan Dewan Kota di Belanda. Hal tersebut menjadi satu kemajuan dalam bidang kemaritiman di Belanda, dimana sebelumnya pelatihan yang berkaitan dengan pelayaran dan angkatan laut dilakukan di atas kapal. Sehingga, Kweekschool voor de Zeevaart di Prins Hendrikkade ini akhirnya menjadi sekolah pelatihan maritim berbasis darat pertama yang terkenal di masa tersebut.
Sewaktu Prancis menguasai Belanda, sekolah ini ditutup pada 27 Februari 1811 atas perintah dari Napoleon Bonaparte. Para peserta pelatihan di sekolah tersebut kemudian diambil alih dan diharuskan bertugas di bawah perintah Angkatan Laut Prancis. Selanjutnya, sekolah ini baru dibuka kembali oleh Willem I (Raja Belanda I) pada 28 Februari 1814. Perbaikan terhadap gedung dan sistem sekolahnya pun dimulai dari 1826, dimana fokus pendidikan adalah pelatihan menjadi ahli juru mudi kapal dengan disertai pelajaran teori maupun praktik. Sejak 1966, pelatihan untuk menjadi insinyur kelautan dibuka dan beberapa perempuan mulai diterima untuk mengikuti pelatihan di sekolah tersebut pada 1969. Kweekschool voor de Zeevaart bersama dengan Zeevaartschool (Sekolah Nautika) kemudian bergabung untuk membentuk Hogere Zeevaartschool Amsterdam (Sekolah Tinggi Ilmu Maritim Amsterdam), yang pada 1977 menjadi bagian Hogeschool van Amsterdam (Perguruan Tinggi Amsterdam/Universitas Amsterdam).[1] Pada 1855, sebuah institusi pendidikan pelayaran partikulir (swasta) bernama Kweekschool voor Zeevaart (Sekolah Kejuruan Nautika) didirikan melalui perantaraan Prins Hendrik dan berlokasi di Leiden, Belanda. Target pesertanya ialah siswa dari keluarga yang membutuhkan pekerjaan di Angkatan Laut Belanda. Sekolah pelatihan ini sama sekali berbeda dengan Kweekschool voor de Zeevaart di Prins Hendrikkade, Amsterdam. Peserta di sekolah pelatihan ini lebih difokuskan kepada pengajaran dan sejumlah pelatihan khusus, seperti; 1)
Arsip Kota Amsterdam, Kweekschool voor de Zeevaart, (https://nl.wikipedia.org/wiki/Kweekschool_voor_de_Zeevaart, diakses 20 November 2020). Pengetahuan terhadap alat-alat yang dibutuhkan di atas kapal, 2) pengetahuan tentang menghadapi bahaya maut dan bersiap-siaga/berjaga-jaga, 3) membersihkan kapal, 4) membuat simpul, 5) membelah tali, 6) mengait dan memanjat tiang kapal, 7) mendorong dan mendayung perahu, serta 8) pengetahuan lainnya mengenai pangkat di atas kapal perang negara. Untuk pelajaran praktik, sekolah memiliki dua tiang latihan dan satu kapal perang yang disediakan oleh Menteri Angkatan Laut. Selanjutnya pada 1878, gedung baru sekolah pelatihan ini dibangun di Noordeinde, Leiden, dan rampung setahun kemudian (1879). Sekolah pelatihan ini kemudian menjadi tempat pelatihan oleh Angkatan Laut Kerajaan Belanda. Antara tahun 1922 hingga 1932, sekolah ini juga menjadi tempat pelatihan bagi para prajurit penjaga pantai.[1]Sekolah ini telah menghasilkan para alumni yang profesional dalam bidang pelayaran, sehingga dalam Eerste Jaarboekvan de Koninklijke Marine atau Buku Tahunan Pertama Angkatan Laut Kerajaan Belanda, dinyatakan bahwa mereka “unggul di atas semua yang lain (yang dipekerjakan secara langsung).” Sejak awal, Kweekschool voor de Zeevaart maupun Kweekschool voor Zeevaart dibuka sebagai suatu institusi pendidikan yang berfokus kepada pelatihan pelayaran, terutama cara pengoperasian kapal selama berlayar di laut. Wilayah koloni Belanda yang berada di seberang lautan yang luas, salah satunya ialah Hindia Belanda (Indonesia), memungkinkan untuk dibentuknya sebuah sekolah khusus pelayaran di wilayah tersebut yang kelak dibangun di Makassar pada permulaan abad ke-20.