Sejarah Politeknik Ilmu Pelayaran Makassar

Updated on February 22, 2024

SEJAK TAHUN 1921 | SINCE 1921

SEJARAH PERKEMBANGAN POLITEKNIK ILMU PELAYARAN (PIP) MAKASSAR

A) Pengantar Singkat

Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Makassar dalam beberapa sumber sejarah yang ada, merupakan institusi pendidikan di bidang pelayaran atau maritim yang tertua di Makassar, Sulawesi Selatan, dan juga di kawasan timur Indonesia kini. Sebagai bagian dari penulisan sejarah maritim di Indonesia, maka adanya penjelasan terhadap sejarah dan perkembangan Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Makassar ini juga telah melengkapi ketiadaan bahan penulisan sejarah maritim berlatar belakang institusi pendidikan di Indonesia dewasa ini.

Sebagaimana yang telah diketahui, Kepulauan Indonesia yang secara geografis dikelilingi oleh kawasan perairan di segala penjurunya membuat aktivitas kemaritiman seperti pelayaran laut antar pulau, memainkan peranan penting dalam membangun suatu sistem hubungan dunia yang terjalin antar satu wilayah dengan wilayah yang lainnya. Sejak beroperasinya kapal uap dan dibentuknya perusahaan pelayaran Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM) pada 4 September 1888 di Amsterdam (Belanda),[1] maka terjadilah perubahan serta kemajuan besar dalam pelayaran antar pulau di Indonesia pada masa Hindia Belanda, terutama di kawasan kepulauan bagian timur, seperti Sulawesi, Nusa Tenggara dan Maluku. Sebagai bagian dari jaringan pelayaran di Hindia Belanda sejak abad ke-19, maka posisi Makassar secara geografis telah memainkan peranan penting menjadi salah satu rute pelayaran utama, selain Singapura, Batavia (Jakarta), Pontianak, Surabaya, Kupang, Manado, dan Maluku (Ambon). Aktivitas kemaritiman ini sudah menjadi rutinitas di Makassar saat itu sebagai salah satu pelabuhan penting di kawasan timur Indonesia pada masa kolonial Hindia Belanda.

[1] I Gde Parimartha, Perdagangan dan Politik di Nusa Tenggara 1815-1915, (Jakarta: Penerbit Djambatan, 2002), hlm. 386. Tulisan lainnya yang juga membahas mengenai Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM), terutama di wilayah Sulawesi Selatan (Makassar) dapat dilihat dalam; Edward L. Poelinggomang, Makassar Abad XIX: Studi tentang Kebijakan Perdagangan Maritim, (Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2016).

Kehadiran kapal uap dan perusahaan pelayaran KPM ini telah mengubah aktivitas perdagangan dan pelayaran saat itu. Pelayaran KPM yang tidak memandang musim, di satu sisi telah mengakibatkan terjadinya kemunduran terhadap pelayaran perahu-perahu tradisional masyarakat pribumi (seperti padewakangpalari, dan lain-lain). Sedangkan di sisi lain, hal tersebut juga telah memperkenalkan suatu penggunaan teknologi pelayaran dan perkapalan yang lebih modern di Hindia Belanda (Indonesia) pada masa tersebut. Namun, yang menggerakkan pelayaran-pelayaran tersebut adalah orang-orang Eropa, terutama Belanda dan Britania/Inggris. Sejak permulaan abad ke-20, telah diupayakan adanya suatu sekolah atau institusi pendidikan yang bergerak dalam bidang pelayaran, yang akan melatih orang-orang pribumi di Hindia Belanda dalam hal penerapan ilmu serta teknologi pelayaran dan perkapalan. Sekolah tersebut diharapkan menjadi suatu tempat khusus guna melatih para calon mualim/ navigator (perwira kapal), terutama dari kalangan pribumi di kapal-kapal milik Pemerintah Hindia Belanda. Sebagai bagian dari penulisan sejarah maritim di Indonesia pada periode Hindia Belanda di permulaan abad ke-20 hingga pasca-kemerdekaan, maka penulisan sejarah Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Makassar ini menjadi suatu perspektif baru dalam melihat sejarah maritim, di samping juga telah mengangkat kembali salah satu bagian yang terlupakan dari sejarah maritim di Indonesia, khususnya di Makassar saat ini. Selain itu, penulisan sejarah ini diharapkan dapat melihat eksistensi Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Makassar sebagai sebuah institusi pendidikan pelayaran yang telah berdiri sejak masa Hindia Belanda (1915-1916) dan terus ada dalam mengembangkan ilmu pelayaran di Indonesia hingga sekarang.

B) Kweekschool voor de Zeevaart (Sekolah Kejuruan Pelayaran): Perintis Institusi Pendidikan Pelayaran Dunia

Perkembangan sekolah-sekolah maupun akademi pelayaran/maritim di dunia dewasa ini tidak dapat dipisahkan dari sejarah keberadaan Kweekschool voor de Zeevaart (Sekolah Kejuruan Pelayaran) sebagai satu akademi maritim yang berlokasi di Prins Hendrikkade (dahulu Ijgracht), Amsterdam, Belanda, dan telah berdiri sejak 1785. Sewaktu didirikan, sekolah tersebut merupakan institusi pendidikan pertama di Eropa yang mengajarkan hal-hal yang terkait langsung dengan kemaritiman (terutama mengenai pelayaran di laut). Model pendidikan di sekolah ini ialah sekolah asrama, dimana para pelajar bersekolah dan tinggal dalam asrama yang telah disediakan oleh pihak sekolah. Pendiriannya merupakan inisiatif dari Angkatan Laut dan Dewan Kota di Belanda. Hal tersebut menjadi satu kemajuan dalam bidang kemaritiman di Belanda, dimana sebelumnya pelatihan yang berkaitan dengan pelayaran dan angkatan laut dilakukan di atas kapal. Sehingga, Kweekschool voor de Zeevaart di Prins Hendrikkade ini akhirnya menjadi sekolah pelatihan maritim berbasis darat pertama yang terkenal di masa tersebut.

Sewaktu Prancis menguasai Belanda, sekolah ini ditutup pada 27 Februari 1811 atas perintah dari Napoleon Bonaparte. Para peserta pelatihan di sekolah tersebut kemudian diambil alih dan diharuskan bertugas di bawah perintah Angkatan Laut Prancis. Selanjutnya, sekolah ini baru dibuka kembali oleh Willem I (Raja Belanda I) pada 28 Februari 1814. Perbaikan terhadap gedung dan sistem sekolahnya pun dimulai dari 1826, dimana fokus pendidikan adalah pelatihan menjadi ahli juru mudi kapal dengan disertai pelajaran teori maupun praktik. Sejak 1966, pelatihan untuk menjadi insinyur kelautan dibuka dan beberapa perempuan mulai diterima untuk mengikuti pelatihan di sekolah tersebut pada 1969. Kweekschool voor de Zeevaart bersama dengan Zeevaartschool (Sekolah Nautika) kemudian bergabung untuk membentuk Hogere Zeevaartschool Amsterdam (Sekolah Tinggi Ilmu Maritim Amsterdam), yang pada 1977 menjadi bagian Hogeschool van Amsterdam (Perguruan Tinggi Amsterdam/Universitas Amsterdam).[1]

Pada 1855, sebuah institusi pendidikan pelayaran partikulir (swasta) bernama Kweekschool voor Zeevaart (Sekolah Kejuruan Nautika) didirikan melalui perantaraan Prins Hendrik dan berlokasi di Leiden, Belanda. Target pesertanya ialah siswa dari keluarga yang membutuhkan pekerjaan di Angkatan Laut Belanda. Sekolah pelatihan ini sama sekali berbeda dengan Kweekschool voor de Zeevaart di Prins Hendrikkade, Amsterdam. Peserta di sekolah pelatihan ini lebih difokuskan kepada pengajaran dan sejumlah pelatihan khusus, seperti; 1)

[1] Arsip Kota Amsterdam, Kweekschool voor de Zeevaart, (https://nl.wikipedia.org/wiki/Kweekschool_voor_de_Zeevaart, diakses 20 November 2020).

pengetahuan terhadap alat-alat yang dibutuhkan di atas kapal, 2) pengetahuan tentang menghadapi bahaya maut dan bersiap-siaga/berjaga-jaga, 3) membersihkan kapal, 4) membuat simpul, 5) membelah tali, 6) mengait dan memanjat tiang kapal, 7) mendorong dan mendayung perahu, serta 8) pengetahuan lainnya mengenai pangkat di atas kapal perang negara. Untuk pelajaran praktik, sekolah memiliki dua tiang latihan dan satu kapal perang yang disediakan oleh Menteri Angkatan Laut. Selanjutnya pada 1878, gedung baru sekolah pelatihan ini dibangun di Noordeinde, Leiden, dan rampung setahun kemudian (1879). Sekolah pelatihan ini kemudian menjadi tempat pelatihan oleh Angkatan Laut Kerajaan Belanda. Antara tahun 1922 hingga 1932, sekolah ini juga menjadi tempat pelatihan bagi para prajurit penjaga pantai.[1]Sekolah ini telah menghasilkan para alumni yang profesional dalam bidang pelayaran, sehingga dalam Eerste Jaarboekvan de Koninklijke Marine atau Buku Tahunan Pertama Angkatan Laut Kerajaan Belanda, dinyatakan bahwa mereka “unggul di atas semua yang lain (yang dipekerjakan secara langsung).”

Sejak awal, Kweekschool voor de Zeevaart maupun Kweekschool voor Zeevaart dibuka sebagai suatu institusi pendidikan yang berfokus kepada pelatihan pelayaran, terutama cara pengoperasian kapal selama berlayar di laut. Wilayah koloni Belanda yang berada di seberang lautan yang luas, salah satunya ialah Hindia Belanda (Indonesia), memungkinkan untuk dibentuknya sebuah sekolah khusus pelayaran di wilayah tersebut yang kelak dibangun di Makassar pada permulaan abad ke-20.

C) Sejarah dan Perkembangan Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Makassar dalam Lintasan Zaman

1) Pelaksanaan Pendidikan Periode Hindia Belanda dan Pendudukan Jepang    

Pendirian sekolah khusus pelayaran kemudian mengilhami pembangunan sekolah pelayaran yang hampir sama di wilayah koloni Belanda, tepatnya di Hindia Belanda (Indonesia) pada permulaan abad ke-20. Pembangunan sekolah pelatihan untuk pelaut pribumi di wilayah Hindia Belanda, kemudian diputuskan dibuka di Makassar. Sebelum sekolah pelatihan pelayaran didirikan di Makassar, awalnya pelatihan untuk para pelaut pribumi bertempat di Batavia (kini Jakarta) dan dilakukan langsung di atas kapal. Sekolah pelatihan di Makassar tersebut diberi nama Kweekschool voor Inlandsche Schepelingen te Makassar (Sekolah Pelatihan Awak Kapal untuk Pribumi di Makassar), yang didirikan untuk memenuhi kebutuhan akan para pelaut dari kalangan pribumi. Sesuai dengan fungsi pendiriannya, sekolah ini berlokasi di tepi pesisir pantai, tepatnya di Strandsweg atau sekarang bernama Jalan Rajawali. Bangunan ini pertama kali didirikan pada 1915 dan mulai diresmikan penggunaannya sejak 1916. Dengan biaya pembangunan yang tidak sedikit, maka lulusan dari sekolah tersebut diharapkan dapat mempekerjakan pemuda berusia 16-21 tahun, yang bisa membaca dan menulis serta mengenyam pendidikan dasar lanjutan. Sehingga, mereka dapatmembina pelaut, ahli pertukangan, dan opsir rendah yang berguna bagi armada laut Hindia Belanda. Model sekolah ini adalah sekolah yang dilengkapi dengan asrama.[1]

Pada awalnya, gedung sekolah ini hanya terdiri dari satu unit gedung berbentuk segi empat panjang, yang melintang dari arah utara ke selatan dan menghadap ke timur. Seiring dengan banyaknya permintaan terhadap kebutuhan tenaga pelaut dari kalangan pribumi, maka bangunan sekolah tersebut semakin bertambah jumlahnya dengan mendirikan beberapa bangunan baru penunjang lainnya. Halaman kompleks sekolah pelatihan tersebut terdiri atas dua bagian, yaitu halaman depan yang tidak begitu luas dengan halaman dalam yang sangat luas. Di balik halaman dalam ini, langsung berupa pesisir pantai Selat Makassar yang dijadikan sebagai tempat latihan atau praktik. Bekas kompleks sekolah pelatihan tersebut kini telah menjadi Kompleks Batalyon Zeni Tempur 8, Kodam VII/Wirabuana (sekarang Kodam XIV/Hasanuddin).

[1] “Zeemacht” dalam Encyclopaedie van Nederlandsch-Indie, 4, 1921, hlm. 820.

[1] Kweekschool voor Zeevaart, (https://nl.wikipedia.org/wiki/Kweekschool_voor_Zeevaart, diakses 20 November 2020).

Meskipun resminya kegiatan sekolah sudah dimulai sejak bulan Oktober 1915, tetapi kegiatan tersebut dimulai di atas kapal. Selama kegiatan tersebut, dua kelas telah dibentuk; satu terdiri dari kelasi-kelasi (matrozen) yang berasal darikapal-kapal tersebut, sementara yang lainnya adalah pelaut muda (licht-matrozen) yang baru direkrut dari Menado(Manado) dan Amboina (Ambon). Kegiatan pendidikan awalnya dilakukan di atas kapal Flotila Ms. “Asahan” dan kemudian di atas Ms. “Mataram” sampai bulan Februari 1916. Karena pelatihan berlangsung di atas kapal, untuk alasan praktis, maka kurikulum yang digunakan sedikit menyimpang. Hal ini karena para peserta pelatihan tersebut nantinya harus mengikuti lagi pelatihan di Kweekschool, dimana pendidikan terhadap pelayanan di kapal dan pekerjaan pelaut lebih dikedepankan. Kegiatan pendidikan di Kweekschool baru dimulai pada 5 Mei 1916 dengan 50 orang siswa.

Hasil awal dari pendidikan di Kweekschool voor Inlandsche Schepelingen te Makassar ini dinilai memuaskan. Sebagianbesar siswa atau pesertanya dari kalangan pribumi di Hindia Belanda adalah orang-orang Manado dan Ambon, yang kebanyakan dari mereka dikenal sebagai orang Kristen dan fasih berbahasa Belanda, seperti orang-orang Belanda yang terpelajar pada saat itu. Namun, mereka masih harus diamati dan dinilai terlebih dahulu. Apakah cukup banyak kaum muda dari kalangan mereka ini yang dapat dipekerjakan, karena tidak banyak dari mereka yang cocok untuk pelatihan inidi Jawa, selama pendidikan di sekolah tidak lagi umum. Dalam hal ini, maka pengetahuan berbahasa Belanda sangatlah diperlukan.

Berdasarkan hasil pelatihan di Kweekschool di Makassar, maka 11 orang Manado dan 2 orang Ambon yang diterimapada Oktober 1915, secara umum sangat memuaskan; dimana mereka yang masih berstatus kelasi muda dapat dinominasikan untuk promosi menjadi kelasi kelas 3. Meskipun begitu, terdapat beberapa di antara mereka yangmengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran dan yang tertinggal dengan yang lainnya dalam latihan praktik. Tetapi, mereka diharapkan dapat segera menyusul dalam enam bulan ke depan, jika pelatihan dapat dilakukan di Kweekschool itu sendiri. Dengan demikian, akan segera menyusul para siswa dari pendidikan terakhir, yaitu orang-orang berusia 16-25 tahun, yang secara fisik telah berkembang dengan baik.

Selama periode April 1916 – Oktober 1916, pelatihan pelayaran telah berlangsung hingga 11 Mei 1916 di atas kapalMs. “Mataram,” kemudian dilanjutkan ke sekolah pelatihan pelaut pribumi atau Kweekschool di Makassar. Karena masih banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan terhadap gedung dan lapangan di Kweekschool di Makassar, maka pelatihanbaru dapat dimulai pada bulan Juni 1916. Seorang guru pribumi tingkat dua mulai dipekerjakan di sekolah itu sejak 14 Agustus 1916. Pelatihan terdiri dari 3 divisi/kelas, yaitu: 1) pelatihan petugas sinyal (seiner-opleiding), 2) kelasi kelas 3 (berasal dari angkatan Oktober 1915) dan 3) kelasi muda (April 1916). Salah satu dari 4 petugas sinyal digugurkan karena penglihatan yang buruk. Sementara itu, 3 lainnya belum dapat dicalonkan sebagai petugas sinyal sesuai dengan persyaratan baru.[1]

Sejak berdirinya, Kweekschool voor Inlandsche Schepelingen te Makassar dipimpin oleh Kapten-Letnan Laut J. D. Albarda, dan dia baru diganti oleh Kapten-Letnan Laut Jonkheer S. De Ranitz pada 29 Agustus 1918.[2] 

[1] Jaarboek van de Koninklijke Marine, 1916, hlm. 184.

2] Jaarboek van de Koninklijke Marine, 1917, hlm. 267.

Pada bulan Januari 1918, para calon pelaut terbaik, yang dapat mencukupi masa pelatihan yang singkat, kemudian dipindahkan ke Kapal Hr. MS. Mataram, dimana pelatihan mereka dilanjutkan terutama ke arah praktik.[1]

Berdasarkan penjelasan dari salah satu sumber sejarah pada 1930, maka pendapatan personel sipil yang ditugaskan untuk perawatan personel angkatan laut di Hindia Belanda dan dari pendapatan yang diumumkan oleh lembaga maritim di darat, yaitu:

  • Remunerasi dan tunjangan staf pengajar dan pengawas sipil di Kweekschool untuk pelaut pribumi di Makassar;
  • Tunjangan lokasi bagi staf pengajar dan pengawas sipil di Kweekschool untuk pelaut pribumi di Makassar;
  • Gaji personel sipil di lembaga maritim di darat, jika tidak dialokasikan di tempat lain, dan;
  • Tunjangan lokasi bagi personel sipil di lembaga maritim di darat, jika tidak dialokasikan di tempat lain.

Pada saat itu, dianggap perlu untuk menambah jumlah guru atau staf pengajar di sekolah pelatihan untuk pelaut pribumi di Makassar dengan seorang guru pribumi (yang memiliki ijazah Diploma Hoogere Kweekschool) untuk dibayar sesuai dengan skala A 17 kolom I B. B. L. 1925/1928. Semua ini telah menimbulkan pemisahan dari pertimbangan tindakan sebagai pembentukan “Asosiasi Hindia” untuk pasukan angkatan laut. Perpanjangan giliran dari 4 menjadi 5 atau 6 tahun, dan lain-lain, dilakukan untuk menyelidiki kemungkinan dan keinginan mengganti pasukan angkatan laut oleh warga sipil.[2] Adapun penjelasan mengenai kondisi dan perkembangan sekolah pelatihan pelaut pribumi di Makassarpada masa-masa awal telah memberikan informasi penting untuk mengetahui berbagai hal dari sekolah tersebut di era Hindia Belanda.

Tidak jelas sejak kapan Kweekschool voor Inlandsche Schepelingen te Makassar yang merupakan sekolah pelatihanpelayaran untuk pelaut pribumi ini pindah lokasi ke Laijangweg (sekarang Jalan Layang), yang kelak menjadi lokasi awal Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Makassar. Memang diketahui bahwa di tahun 1921, dibangun 2 gedung baru untuk Kweekschool yang kemudian mulai digunakan setahun kemudian (1922). Tetapi, belum diketahui apakah gedung-gedung baru inilah yang berada di Laijangweg. Sewaktu masih bertempat di Strandsweg (Jalan Rajawali), sistem pendidikan di sekolah tersebut masih bersifat campuran, dalam artian terkadang pembelajaran secara teori selain dilaksanakan di sekolah, terkadang juga masih dilakukan di atas kapal Belanda. Sekolah tersebut akhirnya ditutup pada zaman Pendudukan Jepang di Makassar (1942-1945), sehingga kabar mengenai sekolah tersebut di masa itu tidak diketahui, meski di tahun 1943, gedungnya sempat dijadikan sebagai tempat internment (tempat tahanan internir) tentara KNIL maupun sekutu yang ditawan oleh tentara Jepang sebelum dipindah ke tempat lain.

[1] ibid, hlm. 290.

[2] Begrooting van Ned, Indie voor het Dienstjaar, 1930.

 

Mengingat perbedaan tingkat, nama dan sifat sekolah maka sejarah singkat ini dibagi atas 3 (tiga) periode.

  1. Periode sebelum tahun 1964
    1. Periode tahun 1946 s/d 1950
    2. Periode tahun 1950 s/d 1964
  2. Periode tahun 1964 sampai tahun 1983
  3. Periode tahun 1983 sampai sekarang
Tahun Nama Lembaga
1921 – 1946

 

1946 – 1950

1947 – 1950

1950 – 1964

1964 – 1972

1972 – 1979

1979 – 1999

 

 

 

 

1999 –  skrg

Sekolah Pelayaran Dasar;

 

Opleiding Scheepvaart School Celebes (OSC);

Midlebare Zeepvaart School (MZS);

Sekolah Penyeberangan Laut Sulawesi (SPLS);

Sekolah Pelayaran Makassar (SPM);

Sekolah Pelayaran Menengah Ujung Pandang (SPMUP);

Balai Pendidikan dan Latihan Pelayaran Ujung Pandang :

a. 1979-1982 : MPI/AMK-PI;

b. 1982-1984 : Crash Program;

c. 1983-1994 : Program Strata A/Diploma III;

d1995 -1999 : Program Diploma-IV Pelayaran.

Politeknik Ilmu Pelayaran Makassar, Diploma-IVPelayaran

Materi singkat ini diambil dari dokumen-dokumen yang ada ditambah pula dengan hasil pengambilan data secara lisan dari beberapa orang bekas pengajar dan pegawai pada Sekolah Pelayaran Makassar dulu.

 

NAMA SEKOLAH DAN JENJANG PENDIDIKAN

 

I. Periode sebelum tahun 1964

A. Periode tahun 1946 sampai dengan 1950

Pada tahun 1946 didirikan Sekolah Pelayaran Tingkat Lokal yang diberi nama Opleiding Scheepvaartschool Celebes yang disingkat dengan OSC yang berlokasi di jalan layang (Kantor Lanal Makassar sekarang). Sekolah tersebut hanya berlangsung sampai tahun 1950 setelah pengakuan kedaulatan Negara Republik Indonesia.

Opleiding Scheepvaartschool Celebes mempunyai 2 (dua) jurusan, yaitu:

Jurusan Deck (Nautika)

Jurusan Mesin (Tenika)

 Lama pendidikan adalah satu setengah tahun yang terdiri dari

6 (Enam) bulan teori di kelas

1 (Satu) tahun Vaartijd (masa berlayar)

 Ijazah yang diperoleh setelah lulus pendidikan adalah

Jurusan Deck : Ijazah LOKALEVAART (Muallim Pelayaran Terbatas / MPT)

Jurusan Mesin : Ijazah MOTOR DRIJVER (Juru Motor / MD)

Kemudian bagi mereka yang telah memiliki masa layar 1 tahun diberikan ijazah negara (setara Diploma I)

Mengenai biaya pendidikan dan biaya pemondokan (semua tinggal diasrama), khusus bagi yang berikatan dinas ditanggung sekolah. Sekolah tersebut hanya berlangsung  Empat angkatan, yaitu sebagai berikut:

Angkatan

Tahun

Nautika

Teknika

I

1946 / 1947

41

71

II

1947 / 1948

62

58

III

1948 /1949

21

18

IV

1949 / 1950

49

39

Jumlah

173

186

Sampai akhir sekolah tersebut telah menghasilkan alumni sebanyak 359 orang yang terdiri dari :

173 taruna berijazah Muallim Pelayaran Terbatas (MPT)

186 taruna berijazah juru motor (MD)

Direktur OSC masih dijabat oleh bangsa Belanda berturut-turut

Dari tahun 1946 sampai tahun 1949 oleh VICTOR

Dari tahun 1949 sampai tahun 1950 oleh KRAMEN BERG

Pada tahun 1947 telah didirikan pula Sekolah Pelayaran Menengah Makassar yang diberi nama MIDELBARE ZEEVARTSCHOOL dengan singkatan MZS, sekolah tersebut hanya berlangsung 3 (Tiga) angkatan yang kala itu beralamat di jalan layang No.129 Makassar, yang sekarang telah diganti dengan nama jalan Yos Sudarso No.173 Makassar, sedangkan alamat yang sama jalan Tentara Pelajar No.173.

Dokumen sekolah tersebut sampai saat ini belum ditemukan, tetapi diperoleh keterangan dari beberapa mantan pengajar dan pegawai MZS bahwa alumni MZS yang ada di Indonesia antara lain :

  1. Max Dompas
  2. F. Laksmono
  3. Hosen Lukas Gunawan (d/h Ho Liong Goan)

Sedangkan nama pemimpinnya adalah

Direktur                  : VAN DEN BREEYEN

Wakil Direktur      : J. KONING

Orang Ketiga          : VAN BOB

B. Periode tahun 1950 sampai dengan 1964

Pada tahun 1950 Opeleiding Scheepvaartschool Celebes (OSC) diganti menjadi Sekolah Latihan Penyeberangan Laut Sulawesi (SLPS) dengan lokasi pendidikan adalah  jalan layang No.129 Makassar (sekarang jalan Tentara Pelajar No.173 Makassar). SLPS tersebut terbagi menjadi 2 (dua) jurusan, yaitu :

  • Jurusan Deck (Nautika) untuk mendapatkan ijazah Muallim Pelayaran Terbatas (MPT)
  • Jurusan Mesin (Teknika) untuk mendapatkan ijazah Juru Motor (JM)

Data alumni SPLS secara lengkap adalah sebagai berikut :

Angkatan Tahun Nautika Teknika
I 1950 58 62
II 1951 71 72
III 1952 69 73
IV 1953 59 61
V 1954 68 42
VI 1955 29 13
VII 1956 59 46
VIII 1957 72 77
IX 1958 38 24
X 1959 54 31
XI 1960 26 30
XII 1961 18 39
XIII 1962 27 42
XIV 1963 35 35
Jumlah 683 647
Jumlah Total 1.330

 

Input pendidikan ini dan lamanya pendidikan sama dengan OSC yang terdiri dari 10 (sepuluh) bulan teori di kelas dan harus berlayar paling sedikit 2 (dua) tahun. Alumni SLPS sejumlah 1.330 orang terdiri dari :

  • Jurusan Nautika 683 Taruna
  • Jurusan Teknika 647 Taruna

Pimpinan Sekolah Latihan Penyeberangan Laut Sulawesi (SLPS) adalah sebagai berikut:

No. NAMA MASA JABATAN
1. WUNGGOUW (Pens Marinir) Tahun 1950 – 1950 (6 Bulan)
2. LOUHANA PESSY Tahun 1950 – 1953
3. DAMPING Tahun 1953 – 1954
4. CHRISTIAN MAKAGIANSAR Tahun 1954 – 1959
5. DANIEL SENDOUW Tahun 1959 – 1960
6. F. WAANI Tahun 1960 – 1962
7. CORNELIUS RURUK Tahun 1962 – 1964

 

Dengan SK Menteri Perhubungan Laut No.Pd 1/9/8 tanggal 06 Agustus 1963 SLPS diganti nama menjadi Sekolah Pelayaran Dan Perkapalan Makassar, berlangsung hanya sampai tahun 1946.

II. Periode 1964 sampai dengan tahun 1983

Berdasarkan surat keputusan Menteri Perhubungan Laut No.LP.1/1/2 tanggal 28 mei 1964 SLPS ditingkatkan menjadi Sekolah Pelayaran Menengah Makassar (SPMM) dengan input / masukan :

  • Jurusan Nautika dari SMP
  • Jurusan Teknika Dari SMP dan ST. Mesin

Lama pendidikan selama 3 (tiga) tahun yang terdiri dari :

  • 2 (dua) tahun pendidikan dan teori dikelas dan laboratorium
  • 1 (satu) tahun praktek dilaut dengan tugas khusus (paper kerja)

Ijazah yang diperoleh adalah

  • Jurusan Nautik : Ijazah Nautika Pelayaran Interinsuler (MPI)
  • Jurusan Teknik : Ijazah Ahli Mesin Kapal-Ijazah Sementara (AMK IS/ VD)

Khusus bagi angkatan II, III dan IV mengingat tenga-tenaga pelaut yang tersedia sangat terbatas, maka diterima angkatan CRASH PROGRAM dengan masukan :

  • Jurusan Nautik : SMA PAS / PAL
  • Jurusan Teknik : SMA PAS / PAL atau STM Mesin

Lama pendidikan satu setengah tahun yang terdiri dari :

  • 1 (satu) tahun pendidikan teori di kelas
  • 6 (enam) bulan pendidikan proyek laut dengan tugas khusus

Berdasarkan SK Dit. Jen Perla Cq. Pusdiklat No. LP. 1. 1. 1 tanggal 02 Januari 1971, maka Crash Program dihapus dan kembali lagi pada sistem lama dengan input SMP atau ST Mesin engan lama pendidikan 3 (tiga) tahun.

Semua biaya-biaya pendidikan dan pemondokan sejak angkatan III (tiga) sampai dengan angkatan XVII (tujuh belas) ditanggung oleh masing-masing siswa dan semua siswa diwajibkan untuk tetap tinggal di asrama.

Sejak tahun 1972 untuk menyesuaikan penggantian nama Kota Madya Makassar menjadi kota Madya Ujung Pandang, maka nama Sekolah Pelayaran Menengah Makassar dirubah menjadi Sekolah Pelayaran Menengah Ujung Pandang (SPM UP).

Disamping siswa-siswa pribumi/bangsa Indonesia, maka atas kerja sama pemerintah Indonesia dengan pemerintah Tanzania pada tahun 1979 sampai dengan tahun 1982 (angkatan XIII) telah dididik 4 (empat) orang siswa asal Tanzania masing-masing :

  1. R. Morrice Nit. 7913001 Jurusan Nautika
  2. F. Macha Nit. 7913010 Jurusan Nautika
  3. M. Mongi Nit. 7913029 Jurusan Teknika
  4. M. Salim Nit. 7913034 Jurusan Teknika

 Jumlah keseluruhan alumni SPM Ujung Pandang mulai dari angkatan I sampai dengan angkatan XVII dengan perincian sebagai berikut :

Angkatan Tahun / Pendidikan Nautika Teknika
I 1964 – 1967 58 62
II 1966 – 1969 71 72
III 1968 – 1970 69 73
IV 1970 – 1972 59 61
V 1971 – 1974 68 42
VI 1972 – 1975 29 13
VII 1973 – 1976 59 46
VIII 1974 – 1977 72 77
IX 1975 – 1978 38 24
X 1976 – 1979 54 31
XI 1977 – 1980 26 30
XII 1978 – 1981 18 39
XIII 1979 – 1982 27 42
XIV 1980 – 1983 35 35
XV 1981 – 1984 28 28
XVI 1982 – 1985 56 35
XVII 1983 – 1986 44 38
Jumlah 811 748
Jumlah Total 1.559

 

Oleh banyaknya perubahan armada kapal-kapal negara serta banyaknya jabatan yang memerlukana persyaratan keahlian / keterampilan pelaut dan sub sektor perhubungan laut , maka dengan SK Direktur Jendral Perhubungan Laut No. DPL.91.4/12 tanggal 10 juli 1982 diadakan pendidikan bagi Pegawai Negri Sipil (PNS) sebagai peserta Crash Program.

Lama pendidikan 1 (satu) tahun yang terdiri dari 2 (dua) jurusan yaitu Nautika dan Teknika. Masuka adanya pegawai negri sipil dari kanwil Hubla I sampai dengan IX denga ketentuan memiliki pendidikan SLTA serta masa layar minimal 1 (satu) tahun.

Semua biaya ditanggung oleh negera (Ikatan Dinas) dan mereka diwajibkan untuk tinggal diasrama, karena terbatasnya fasilitas pendidikan dan ruang asrama, maka Crash Program tersebut dibagi  dalam 2 (dua) angkatan yang telah menghasilkan lulusan sebanyak 203 orang yang terdiri dari jurusan Nautika 92 orang dengan ijazah Pelayaran Interinsuler (MPI) dan jurusan Teknika 111 orang dengan ijazah Ahli Mesin Kapal, ijazah sementara (AMK-IS/VD).

Jumlah keseluruhan 2 (dua) angkatan Crash Program adalah sebanyak 203 orang dengan perincian sebagai berikut :

 

Angkatan Tahun / Pendidikan Nautika Teknika
I 1982 – 1983 43 46
II 1983 – 1984 49 65
Jumlah 92 111
Jumlah Total 203

 

III. Periode tahun 1983 sampai sekarang

Dalam rangka peningkatan pendidikan kepelautan yang berkelanjutan dan didukung oleh organisasi yang baik, maka berdasarkan SK Menteri Perhubungan No. KM 279/OT.001/Phb-79 tanggL 19 September 1979, Sekolah Pelayaran Menengah (SPM) Ujung Pandang ditingkatkan menjadi Balai Pendidikan dan Latihan Pelayaran (BPLP) Ujung Pandang yang setingkat dengan akademi.

Mulai tahun 1983 BPLP Ujung Pandang menerima Taruna Program Strata-A angkatan I (pertama) dengan dua jurusan, yaitu :

  • Jurusan Nautika dengan masukan SMA jurusan A1 dan A2
  • Jurusan Teknika dengan masukan SMA jurusan A1, A2 dan STM mesin

Mulai tahun 1990 BPLP Ujung Pandang menambah jurusan Tata Laksana dan Kepelautan dengan masukan SMA jurusan A1, A2, A3 dan SMEA. Ijazah yang diperoleh setelah menyelesaikan program Strata – A adalah:

  • Jurusan Nautika : Ijazah Muallim Pelayaran Besar III (MPB III)
  • Jurusan Teknika : Iajzah Ahli Mesin Kapal – A (AMK –A )
  • Jurusan KTK : Keahlian Ketatalaksanaan Angkutan Laut dan Kepelabuhan

 

B. Taruna Pip Makassar Dari Tahun 1983 – Sekarang

Program Srtata – A  BPLP / Diploma IV  PIP Makassar

PROGRAM ANGK TAHUN JURUAN JUMLAH
N T KALK
D-III I 1983 39 35 74
D-III II 1983 24 16 40
D-III III 1984 81 65 146
D-III IV 1984 37 16 53
D-III V 1985 98 45 143
D-III VI 1985 28 11 39
D-III VII 1986 69 48 117
D-III VIII 1987 24 29 53
D-III IX 1988 51 28 79
D-III X 1989 38 27 65
D-III XI 1990 51 38 29 118
D-III XII 1991 54 49 32 135
D-III XIII 1992 48 49 25 122
D-III XIV 1993 73 75 32 180
D-III XV 1994 83 71 16 170
D-IV XVI 1995 99 82 20 201
D-IV XVII 1996 87 77 164
D-IV XVIII 1997 87 90 177
D-IV XIX 1998 91 96 187
D-IV XX 1999 97 83 180
D-IV XXI 2000 87 72 25 184
D-IV XXII 2001 80 81 28 189
D-IV XXIII 2002 97 103 23 223
D-IV XXIV 2003 86 66 27 179
D-IV XXV 2004 63 50 36 149
NON REGULER 2004 12 12
D-IV XXVI 2005 77 45 14 136
D-IV XXVII 2006 90 88 23 201
D-IV XXVIII 2007 86 86 25 197
PELINDO IV 2007 0 0 30 30
D-IV XXIX 2008 132 126 20 278
D-IV XXX 2009 121 149 17 287
D-IV XXXI 2010 154 186 22 362
TOTAL

 

Selama pendidikan taruna diwajibkan tinggal di asrama dan semua biaya pemondokan ditanggung sendiri oleh setiap taruna.

Nama-nama pemimpin Sekolah Pelayaran Menengah Makassar / Ujung Pandang sampai program Strata – A hingga menjadi Politeknik Ilmu Pelayaran Makassar adalah sebagai berikut :

 

No. Nama Masa Jabatan
1. HOSEA LUKAS GUNAWAN (Ho Liong Guan) 1964 – 1966
2. HARSANTO 1966 – 1966
3. Mayor SOETORO 1967 – 1971
4. Capt. WAJAN DIRA 1971 – 1977
5. BILONDATU 1977 – 1981
6. Drs. POERWANTO 1981 – 1989
7. Capt. WILLEM de ROZARI 1989 – 1993
8. Kolonel (P) SAIRUDDIN SAID 1993 – 1995
9. Capt. ARSO MARTOPO 1995 – 1998
10. Capt. BIMA SETIAWAN (Pelaksana Tugas) 1998 – 1999
11. Capt. H. SUWONDO, MM 1999 – 2005
12. Capt. BAMBANG PURNOMO 2005 – 2007
13. Ir. AGUS BUDI HARTONO, M.Mar.E. 2007 – 2010
13. Capt. MARIHOT SIMANJUNTAK, MM 2011 – 2012
14. Capt. H. EDY SANTOSO, MM. 2012 – 2015
15. AHMAD WAHID, ST., MT., M.MAR.E 2015 – 2017

 

Pada tahun 1966 setelah R. HARSANTO meninggal dunia, maka jabatan kepala SPMM dijabat oleh 3 orang secara kolektif selama 6 bulan, yaitu :

  1. ARIEF RASYID
  2. ROMPIES
  3. PAIRUMAN

Sedangkan jabatan kepala Sekolah Pelayaran Dasar (SPD) hanya satu angkatan saja, yang dijabat oleh G. TINUNGKI.

Sejak tahun 2017 sampai sekarang dipimpin oleh H.IRWAN, SH., MH.,  M.MAR.E. salah seorang Alumni BPLP Angkatan VII.